Is Our Life

Tuesday, May 23, 2006

~Meja Kayu

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal
dengan anaknya. Selain
itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang
berusia 6 tahun. Tangan
orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak
menentu. Penglihatannya
buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu
biasa makan bersama
di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini
sering mengacaukan
segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang
rabun, membuatnya susah
untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh
ke bawah. Saat si
kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah
membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa
direpotkan dengan
semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang
suami. "Aku sudah
bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu,
kedua suami-istri ini
pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Disana, sang kakek akan
duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap
makanan. Karena
sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan
mangkuk kayu untuk si
kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam
mereka, terdengar isak
sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak
mengalir dari gurat
keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari
suami-istri ini selalu
omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak
mereka yang berusia 6
tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan
anaknya yang sedang
memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak
itu. "Kamu sedang
membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat
meja kayu buat ayah
dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan
kuletakkan di sudut
itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu
tersenyum dan melanjutkan
pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan
terpukul. Mereka
tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai
bergulir dari kedua
pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap,
kedua orangtua ini
mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam
itu, mereka menuntun
tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja
makan. Tak ada lagi
omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan
yang tumpah atau
taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama
lagi di meja utama.

~Author Unknown

***

Teman, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata
mereka akan selalu
mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan
pikiran mereka akan
selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka
ada peniru. Jika
mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan
sopan, hal itu pula
yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.
Orangtua yang bijak,
akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang
disusun, adalah pondasi
yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk
anak-anak kita, untuk masa
depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah
kita akan selalu
belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah
sama halnya dengan
tabungan masa depan.

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home